Sabtu, 26 Juli 2014

Tanpa Judul

Entah harus mulai dari mana untuk menuliskan semua yang ada di dalam hatiku ini,,,,,
Huffft begitu sakit hati ini yang ku rasa, rasa sakit yang bener bener dalem lebih dari masalah masalah sebelumnya yang berkaitan dengan kamu,
Aku ngga tau apa yang harus aku lakuin, yang jelas aku udah jengah dengan semua ini, aku ingin lari, pergi entah kemana untuk melepaskan semua sakit yang ada di hati,
Aku udah bosan untuk mengalah, dan aku juga udah bosan untuk mencoba mengerti tentang kamu yang selalu over protektiv,
Apapun yang aku lakuin selalu saja salah di matamu, 
Apapun yang aku punya mulai dari HP, Facebook, Twitter semuanya selalu jadi masalah buatmu,
Padahal aku ngga pernah ada niatan untuk ngehianatin kamu melalui beberapa media tersebut,
Aku hanya berkomunikasi dengan orang udah itu aja, tanpa ada embel embel rasa, karena apa? aku udah punya kamu!
Waloupun mereka mereka itu cowo ngga jadi masalah dong seharusnya, yang penting hati aku cuma kamu, tapi kamu tuh ngga pernah liat itu, kamu ngga pernah liat!
Apalagi waktu aku mulai mecoba bisnis online dan aku share ke beberapa grup, ada beberapa respon dari cowo dan aku ngasih nomer HP itu bukan masalah kan? namanya aja orang jualan ya harus respect sama orang yang tanya, masa iya penjual waktu di tanya orang ga respon? penjual macam apa itu?
Aku harus profesional dong, namanya orang julan ya harus ramah, waloupun yang aku jual itu baju perempuan dan yang respon itu cowo harusnya bukan maslah karena apa? mungkin aja dia tanya tanya kerena pengen beliin mbak nya, adeknya, ibunya, tantenya atau pacarnya, husnudzon aja deh ama orang,
Yang terpenting aku tau koridor yang masih bisa ditoleransi,
Aku ngga bermaksud cari sensasi ke cowo lain, ngapain?
Ngga penting banget tau ngga?
Aku cuma niat mau jualan udah itu doang, ngga lebih!
Ngga cuma masalah ini aja yang bikin aku jengah sama kamu, banyak lagi permasalahn yang lainnya yang bikin aku ngenes banget sama kamu, 
Mungkin dengan beberapa kejadian atau masalah yang terjadi aku mulai ngga respect sama kamu, aku capek ! 
Aku ngga tahan dengan semua ini, 
Aku pikir kamu lelaki yang dewasa yang bisa ngemong aku, dan ngga memperlakukan aku kayak gini dengan sifat over protective mu itu,
Inget aku masih menghargai komitmen kita, aku ngga bakal ada main sama orang lain!
Tolonglah please udah jangan kaya gini aku ngga kuat!

Selasa, 08 Juli 2014

Happy 1'st Anniversary


engga kerasa udah setahun lamanya kita njalanin ini semua,
banyak hal tentunya yang udah kita laluin bareng-bareng, entah itu seneng, susah, sedih, kecewa, kangen, sebel dan lain lain,
tapi itulah romantika cinta kita berdua,
walaupun saling berjauhan, tapi hari ini terasa begitu spesial,
karena kamu hadir di depan ku dengan senyuman manis yang terukir di bibirmu,
begitu hebat rasa bahagia yang kurasakan,
walaupun cuma sebentar saja tapi itu udah lebih cukup untuk ngobatin kangenku selama ini :)
dan akhirnya kembali ditinggal pergi lagi deh huhuhu

Kamis, 26 Juni 2014

Intermezo part 2

Hujan yang mengguyur malam ini terasa begitu menusuk hatiku,
Seolah mengerti tentang perasaanku,
Sesuatu yang tajam telah menghujam hatiku begitu dalam,
Yang telah tersayat sayat sebelumnya dengan hal yang sama,
Bagaimana aku bisa melewati semua ini dengan langkah kecilku,
Aku cukup sadar dengan segala kekuranganku,
Aku bukanlah Wonder Women yang kuat diterpa segala masalah,
Aku hanya seseorang yang begitu rapuh hatinya,
Cerita cinta ku tak seindah dan semulus apa yang aku impikan,
Begitu banyak masalah yang datang menghadang yang mencoba menggoyahkan hatiku,
Aku tau,
Kamu ngga pernah percaya sepenuhnya sama aku,
Karena kalau kamu percaya sepenuhnya sama aku kamu bakalan mau nerima semua penjelasan dariku,
Tapi nyatanya tak begitu,
Kamu selalu meragukan aku,
Tak seperti aku yang selalu berusaha percaya sepenuhnya sama kamu,
Aku juga ngga tau kenapa itu bisa terjadi,
Mungkin karena rasa sayangku yang begitu besar dan begitu dalam sama kamu,
Sampai-sampai semua itu membutakan mataku,
Kamu juga bilang kalo kamu juga terkadang risih dengan semua perlakuan, perhatian ku,,,,
Tapi aku tak mampu mengendalikan diriku ini,
Karena semua keluar dengan sendirinya,
Naluriku yang menggerakan semua itu,
Aku hanya berharap kamu tau akan hal ini,
Walaupun aku ngga berani buat ngomong ini langsung sama kamu,
Karena aku tau,
Kamu ngga bakal mau ndengerin ocehanku ini,
Mungkin aku memang harus memberikan sedikit jarak diantara kita,
Agar semuanya terasa tak begitu hambar,
Hanya saja aku terlalu takut untuk kehilanganmu jika aku memberikan sedikit jarak itu,
Mungkin kamu ngga tau betapa berartinya kamu buat aku,
Betapa besar ketakutanku akan kehilangnmu,,,,,,,

Tapiiii...............
Apakah hatiku akan selalu seperti itu ketika aku terus menerus dihujam dengan berbagai masalah??
Entahlah,,,,,,
Semoga saja Tuhan tetap menjaga hati ini untuk mu,,
yahhh hany untuk mu,,,,
dan semoga saja Tuhan meningkatkan rasa sabar dalam diriku dan menjadikan ku pribadi yang lebih baik lagi,,,
Karena walaupun aku marah,
walaupun aku kesal,
Walaupun aku lelah,
Tapi ternyata semua itu dapat terkalahkan dengan rasa yang ada di dalam hatiku ini yang hany untukmu,
Dan hanya namamu yang terlantun dalam setiap do'a do'a ku........................


Intermezo

Aku engga tau kenapa semua terasa sangat asing bagiku,
mungkin cuma perasaanku atau memang begitu adanya, 
semuanya terasa semakin menjauh dan aku ngerasa aku tuh engga kenal siapa kamu,
kamu bukan kamu yang dulu,
kamu ngga sehangat yang dulu,
kamu ngga semanis yang dulu,
kamu ngga seramah yang dulu,
kamu ngga sepengartian yang dulu,
kamu berubah menjadi sosok yang dingin yang aku ngga pernah kenal sebelumnya,

walaupun sudah berkali kali kamu menampakan sikap itu, tapi kali ini tak seperti yang sebelumnya,
ini benar benar bukan kamu yang aku kenal,
yang selalu mau ndengerin setiap penjelasanku, 
selalu ndengerin ceritaku,
selalu ndengerin keluh kesahku,
ini bukan kamu!!!!!

aku lelah......
aku bener bener lelah dengan semua sikapmu,
setiap problem selalu kamu hadepi dengan emosi ketika itu menyangkut aku,,
dalam setiap masalah yang telah terlewat nyatanya ngga ada niat baik dari kamu untuk memulai,
selalu aku yang mengalah,,,
apakah harus seperti itu selalunya?
apakah aku akan sekuat itu?
entahlahhh,,,,,,,

terkadang setan pun berbisik untuk ku akhiri semua itu,
yah setan selalu menggodaku untuk pergi darimu ketika aku sudah berada di titik jenuhku akn sikapmu yang demikian itu,,,
tapi aku masih punya hati nurani dan masih menghargai sebuah komitmen yang kita bangun bersama,
dan aku masih menyimpan rasa yang begitu besar untukkmu,,

aku hanya bisa berharap aku bisa mempertahankan komitmen dan rasaku ini,
walaupun terasa berat,,
akan selalu ku coba tuk bertahan,
demi mimpi kita yang telah kita gantung bersama,
demi rasa yang ada di dalam dada,

Tuhan,,,,,
sampaikan padanya maafku yang belum bisa mengendalikan emosiku ini,,,
sampaikan padanya bahwa rasaku terlalu besar dibanding rasa lelahku untuk saat ini,,
sampaikan padanya atas semua kekuranganku yang membuatnya membenciku,,,
Tuhannnn tolong sampaikan semua itu....

Selasa, 25 Maret 2014

MAKALAH KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM "PESANTREN SEBAGAI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM"

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM
PESANTREN SEBAGAI SISTEM PENDIDIKAN  ISLAM




Direvisi oleh :
Sofatul Mutholangah (1123308053)
5 PAI NR B




JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
   PURWOKERTO
2013

KATA PENGANTAR

Kapita selekta pendidikan islam merupakan mata kuliah yang bahasannya mencakup perkembangan pendidikan agama islam sejak zaman Rosulullah hingga sekarang. Dengan harapan, kita -sebagai mahasiswa, manusia pembelajar-  dapat mengkritisi hal-hal apa saja yang terkait dengan pendidikan Islam dan  mengambil hikmah, serta mengembangkannya untuk tujuan lebih meningkatkan dan memajukan pendidikan Islam sekarang, mengantarkan dan menjadikan pendidikan Islam sebagai tangga proses generasi islam menuju kesuksesan dan keberhasilan menjadi insan kamil, sebagaimana tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam kesempatan kali ini, kelompok  kami mendapat amanah untuk mengkaji tentang bagaimana pesantren -dengan eksistensinya selama ini- dapat menjadi salah satu sistem pendidikan Islam di Indonesia, yang turut memberikan pengaruhnya dalam karakter masyarakat Indonesia, terutama muslim. Dengan fokus tema tersebut, maka judul dari makalah yang akan kami presentasikan adalah ‘Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Islam’.   
Tanpa lepas dari kekurangan, dan segala keterbatasan yang kami miliki, kami sandarkan upaya dan hasil kami pada Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Benar, yang padaNya kami memohon segala hidayah, petunjuk, dan bimbingan. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan dalam civitas akademika kita di kampus tercinta STAIN ini Allah jadikan sebagai pencerahan pola pikir sehingga akan banyak mengubah pola laku menuju arah kemajuan, dan keadaan yang lebih baik. Aamin.
                                                                                       Purwokerto, 8 oktober 2013



     Tim Penyusun                

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Sistem pendidikan -di mana pun berada- memiliki sejarah panjang yang mengantarkannya hadir di dunia ini. Terutama yang akan kita bahas dan kaji bersama, yakni pesantren sebagai sistem pendidikan Islam di Indonesia.
            Dengan tema tersebut, maka kita akan mem-flash back bagaimana pesantren sebagai sistem pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir, tumbuh dan berkembang dan bertahan sebagai salah satu kebudayaan asli Indonesia atau Indigenous cultural, serta bagaimana isu-isu yang melingkupi dunia ke-pesantrenan.
            Sistem merupakan satu kesatuan unsur yang bekerja sesuai tugas atau fungsinya masing-masing. Dengan demikian, sistem pendidikan Islam berarti satu kesatuan unsur yang terdapat dalam jalannya kegiatan yang di dalamnya terdapat pembelajaran dan pengajaran ajaran agama Islam yang bertujuan mewujudkan pribadi-pribadi insan kamil.
            Pesantren sebagai sistem pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir sejak zaman Wali songo. Dari zaman penyebaran Islam di Indonesia inilah, sejarah banyak mencatat bagaimana pesantren menjadi bagian yang tidak lepas dari kisah dan cerita rakyat Indonesia, khususnya Jawa.
            Bermula dengan pembelajaran yang sederhana, konvensional, sampai mengalami kemajuan menjadi pondok pesantern modern; tidak hanya dari sisi fisik saja, namun sistem pesantren itu sendiri turut berubah, serta menjawab tantangan zaman yang semakin banyak tuntutan akan kemampuan dan atau skill dari tiap individu.  
            Lebih jauh lagi, pembahasan mengenai pesantren sebagai sistem pendidikan Islam di Indonesia menjadi objek menarik dan penting, dengan alasan selain untuk lebih memahami bagaimana lika-liku sistem pendidikan Islam berkembang di Indonesia, namun juga untuk mengambil jejak-jejak penting yang kiranya dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang kita selenggarakan di lembaga kita masing-masing. Serta untuk bahan mengkritisi dan membandingkan antara sistem dalam pesantren dan sistem pendidikan yang lain yang berjalan sekarang ini di lembaga-lembaga pendidikan.

B.  Tujuan
            Tujuan penyusunan makalah ini adalah guna memenuhi tugas terstruktur berkelompok mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam. Dengan harapan lain, dapat menambah banyak pengalaman dan wawasan kami  tentunya.

C.  Perumusan Masalah
            Perumusan masalah dalam makalah ini dimaksudkan untuk memberi jawaban atas pertanyaan berikut;
1.      Apa yang dimaksud pesantren dan sistem pendidikan Islam?
2.      Bagaimana awal berdiri dan berkembangnya pesantren?
3.      Bagaimana karakteristik, dan bentuk pesantren?
4.      Bagaimana konsep atau wujud sistem pendidikan Islam?
5.      Bagaimana proses pesantren menjadi sistem pendidikan Islam?
6.      Bagaimana peran pesantren terhadap arus globalisasi?



PEMBAHASAN

A.  Definisi Pesantren, dan Sistem Pendidikan Islam
1.      Pesantren
Pesantren, secara bahasa berasal dari kata ‘santri’ yang kemudian diimbuhi imbuhan ‘pe’ di depan dan imbuhan ‘an’ di belakang, sehingga menjadi pesantrian, dan menjadi pesantren.  yang berarti menunjukkan kata tempat bagi para santri (Prof. DR. H. Samsul Nizar,M.AG, Sejarah Pendidikan Islam, 2011).
Kuttab, demikian salah satu istilah yang diperkenalkan oleh pendiri-pendiri awal pesantren. Berasal dari bahasa Arab, yakni kuttaabun kataatiibun. Berarti, sekolah permulaan, tingkatan sekolah awal atau rendah. Ini merupakan wahana dan lembaga pendidikan Islam yang semula sebagai lembaga baca dan tulis dengan sistem halaqah (wetonan), dan berkembang pesat karena didukung oleh iuran masyarakat serta adanya aturan dan tata tertib  yang harus dipatuhi oleh guru dan murid. (Dr. Abd. Mujib, M.Ag dan Dr. Jusuf Mudzakir, M.SI., Ilmu Pendidikan Islam, 2006).   
Selain itu, dalam bahasa arab pesantren sering disebut dengan istilah ma’had ) معهد ج معاهد  ( yang berarti perkumpulan, tempat pendidikan (Prof. DR. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, 1972).
Sementara menurut Sudjoko Prasodjo, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara non-klasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santrinya berdasarkan kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut. Dengan demikian, maka dalam pesantren tersebut setidaknya ada unsur-unsur; kiai, santri, masjid , kitab klasik, dan pondok.
2.      Sistem Pendidikan Islam
Dari segi terminologi, sistem berarti satu kesatuan unsur yang bekerja sesuai fungsinya masing-masing dalam suatu wadah atau badan.
Dapat kita tarik pengertian dari sistem pendidikan islam, yakni satu kesatuan unsur yang terdapat dalam wadah yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dan pengajaran ajaran agama Islam yang bertujuan untuk mewujudkan pribadi-pribadi insan kamil.

B.  Awal Berdiri Dan Berkembangnya Pesantren
Secara historis, kelahiran pesantren tidak lepas dari kehadiran kerajaan Bani Umayyah yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dengan pesat sehingga penyebarannya sampai di Indonesia. Ketika Islam mulai masuk di Indonesia, maka mulai masuk pula dakwah dan pembelajaran-pembelajaran Islam yang dilaksanakan di masjid-masjid, atau langgar. (Dr. Abd. Mujib, M.Ag dan Dr. Jusuf Mudzakir, M.SI., Ilmu Pendidikan Islam, 2006).  
Dalam dakwah dan ta’lim tersebut, para  penganjur agama mendekati masyarakat dengan cara persuasif dan memberikan pengertian tentang dasar-dasar agama Islam. Dengan memanfaatkan lembaga-lembaga masjid, surau dan langgar, secara bertahap pengajian umum tentang baca tulis Quran dan pengetahuan keagamaan mulai berlangsung. Dari sinilah, kemudian pengajaran dan dakwah ini lambat laun melembaga menjadi pesantren. Dalam proses yang sangat panjang pesantren menjadi lembaga pendidikan par-excellence di Indonesia dan menghadapi banyak tantangan modernisasi. Lembaga pesantren melaksanakan pendidikan bagi umat Islam diperkirakan mulai dari abad ke-13 dan mencapai perkembangannya yang signifikan pada abad ke-18 (DR.H. Abuddin Nata, MA: 2003).
            Tidak berhenti sampai di situ, santri-santri lulusan pesantren pada saat itu melanjutkan upaya mempelajari ajaran agamanya dengan melakukan perjalanan jauh sampai di Timur Tengah, sebagai tanah sumber penyebaran agama Islam pertama. Sehingga jadilah mereka memperoleh wawasan baru, pengalaman, dan inspirasi hasil dari gerakan modernisasi pendidikan di Timur Tengah, sekaligus mereka menjadi pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di Indonesia.
            Kemudian, mengenai bagaimana pesantren lahir adalah hasil dari proses interaksi Islam dengan budaya lokal pra-Islam. Yakni, akulturasi yang terjadi antara Islam dengan budaya asli, indigenous culture. Sehingga akhirnya, muncullah pesantren yang termasuk model pendidikan awal (Islam) di Indonesia yang sampai saat ini masih eksis dan mampu mempertahankan kredibilitasnya di masyarakat (DR. M. Roqib).
            Dalam perkembangan pendidikan Islam dan modernisasi di berbagai lini kehidupan, pesantren menjawab dengan pembaharuannya. Yakni suatu upaya atau proses perubahan yang dilakukan secara mendasar dengan tujuan untuk menjadi lebih baik atau sempurna dalam sistemnya.
            Upaya yang dilakukan para pengelola pesantren untuk senantiasa bertahan dan menampung dinamika masyarakat, khususnya umat Islam, maka langkah yang diambil adalah menentukan arah pembaharuan itu sendiri. Untuk menentukan arah pembaharuan, paling tidak ada tiga paradigma yang digunakan, antara lain; a. Pengelola yang selalu menerima (akomodatif) dengan pembaharuan, b. Pengelola yang menolak sama sekali perubahan apapun, dan yang terakhir adalah c. Yang selalu hati-hati dan sangat selektif menerima pembaharuan.
Ø  Aspek-aspek pembaharuan di dunia pesantren
Pembaharuan yang dilaksanakan di pesantren mengarah pada dua aspek: aspek yang menyangkut materi kurikulum dan aspek yang berkaitan dengan metodologi pengajaran dan pendidikan. Sementara filosofi dasar pesantren itu sendiri tetap pada tafaqquh fi d dien, pendalaman pemahaman dalam hal agama.
Secara historis, pembaharuan di dunia pesantren pada masa pasca kemerdekaan menunjukkan perubahan yang multi-dimensional. Bila pada masa pra-kemerdekaan masih mengacu pada revisi kurikulum dengan memasukkan pelajaran dan keterampilan umum metodologi pengajarannya, maka pada masa kemerdekaan semakin kompleks, yakni mengarah ke bidang institusi dan fungsi. Sebagai contoh pergeseran pada fungsi menejemen terdapat pada sistem menejerial pesantren. Jika sebelumnya pesantren dipimpin oleh seorang kyai, maka pada Orde Baru ada juga pesantren yang ditangani oleh beberapa pihak semacam yayasan atau lembaga.
Selain itu, contoh pergeseran fungsi pesantren itu sendiri adalah dari yang sebelumnya berfungsi sebagai sarana dakwah atau transfer ilmu-ilmu agama, kemudian menjadi lebih luas pada fungsi basis kekuatan jihad dan pengembangan masyarakat (fungsi pelestarian dan lingkungan hidup).
Ø  Tahapan pembaharuan di pesantren
Dilihat secara kronologis, tahapan lahirnya pesantren mulai dari perintisan sampai adanya modernisasi dikelompokkan pada tujuh tahap;
i.       Tahap rintisan awal
     Pada tahap ini, pengajaran alQuran dan praktik ibadah dilakukan dengan sederhana dan oleh sang kyai sendiri. Dan biasanya para santri adalah anak-anak tetangganya sendiri.
ii.     Tahap peralihan
Pada masa ini, pengajaran alQuran dan pengajian sudah tidak mungkin di-handle oleh kyai seorang diri. Karenanya, ia membutuhkan tangan-tangan untuk membantunya mengajarkan ilmu-ilmu keislaman yang semakin beragam.
iii.   Tahap formalisasi
Faktor jumlah santri yang semakin meningkat, dan terus demikian, akhirnya dibutuhkan organisasi yang lebih besar dari sebelumnya untuk mengontrol dan membagi tugas.
iv.   Tahap konsolidasi
Tahap ini disebut juga dengan tahap pemantapan. Karena dalam tahap ini pesantren sudah terorganisasi lebih baik, ditandai dengan teraturnya sistem pendidikan dengan peraturan yang rinci dan jelas, jadwal pelajaran yang rapi dan memiliki pendidikan tingkat lanjutan atau pendidikan berkelanjutan.
v.     Tahap legitimasi
Berarti pesantren berupaya memenuhi syarat legal atau hukum dalam rangka perluasan pengembangan sehingga memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan yang makin beragam dan menjangkau lebih luas pelayanannya untuk masayarakat.
vi.   Tahap diversifikasi
Yaitu penganekaragaman jenis-jenis kegiatan dan pelayanan yang bisa dilakukan, baik sebagai realisasi dan fungsi keislaman maupun kemasyarakatan. Contoh, pesantren melaksanakan pusat kesehat masyarakat, unit-unit usaha pesantren, sosialisasi teknologi tepat guna, latihan keterampilan bagi santri, training leadership dengan berorganisasi dan berbagai bentuk lainnya, yang mana menunjukkan bahwa pesantren telah melampaui batas-batas pengertian yang selama ini dianut kebanyakan orang.
vii.   Tahap Desentralisasi
Desentralisasi di sini dapat ditafsirkan pula dengan proses demokratisasi, di mana kyai menjadi pusat otonomi dan memberikan wewenangnya kepada delegasi yang ia percaya untuk mengemban beberapa urusan teknik operasional, pengelolaan.
Demikian tahap dari proses perkembangan pesantren. Namun begitu, tidak semua pesantren melalui semua tahap tersebut. Dengan alasan, mereka memiliki paradigma mereka masing-masing untuk melakukan perubahan tersebut sejauh mana, tidak semua serba diterima. Adapula pesantren yang berupaya menjaga nilai-nilai tradisional, religius, dan nilai-nilai moral yang harus ditegakkan sepanjang masa.

C.  Karakteristik Dan Bentuk Pesantren
Karakteristik pesantren secara umum di antaranya;
a.       Dilihat dari segi materi pelajaran dan metode pengajaran
Sebagai lembaga pendidikan Islam, pada dasarnya pesantren fokus mengajarkan agama, sedangkan mata pelajaran atau kajiannya adalah kitab-kitab berbahasa Arab (kitab kuning). Contoh; al Quran dengan tajwid dan tafsirnya, ‘aqa-id, ilmu kalam, fiqih, ushul fiqih, hadits dengan musthalahul hadits, bahasa Arab dengan ilmu alatnya, tarikh Islam, mantiq, dan tasawwuf.
Selanjutnya, metode pengajaran yang umumnya digunakan;
1)      Wetonan, yakni suatu metode mengajar di mana santri duduk mengelilingi kyai yang menerangkan pelajaran. Di Jawa Barat disebut bandongan, sedangkan di Sumatera disebut halaqah.
2)      Sorogan, merupakan metode yang dilakukan dengan individual, secara bergantian santri menghadap kyai dengan membawa kitabnya dan membacakannya di depan kyai. Meski metode ini terbilang sulit karena butuh waktu lebih dan kesabaran lebih, namun secara efektifitas ini cukup berhasil dikarenakan santri memiliki kesempatan lebih untuk berdiskusi atau bertanya langsung dengan kyai.
3)      Hafalan, adalah metode di mana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya.
b.      Dilihat dari jenjang pendidikan
Mengenai jenjang pendidikan, pesantern memiliki kebijakan mereka masing-masing. Jika pesantren yang benar-benar tradisional, jenjang pendidikan ditentukan dengan tamat atau mumtaznya santri merampungkan satu kitab dan meningkat pada kitab berikutnya.
Sementara pesantren dengan kebijakan yang mengikuti perkembangan sistem pendidikan yang ada, ia menyesuaikan jenjang pendidikan dengan menggunakan klasikal, sebagaimana madrasah atau sekolah umum lainnya.
c.       Fungsi pesantren
Beberapa fungsi pesantren antara lain; sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial dan penyiaran keagamaan.
Sebagai lembaga pendidikan, jelas pesantren menyelenggarakan pendidika  formal. Sebagai lembaga sosial pesantren menampung anak-anak muslim dari segala lapisan masayarakat tanpa membeda-bedakan status sosial, menerima tamu yang datang dari masyarakat umum dengan motif dan tujuan bermacam-macam. Sebagai lembaga penyiaran agama Islam, masjid pesantren berfungsi sebagai masjid umum di mana menjadi tempat belajar agama dan ibadah para jamaah.
Di samping itu, pada masa kolonial Belanda pesantren juga mempunyai peran besar dalam melawan ekspansi politik imperialis, baik dengan perlawanan dari segi fisik, maupun pemikiran. Lebih dari itu, pesantren menjadi tempat pengobar semangat jihad mengusir penjajah dari Indonesia.
d.      Kehidupan kyai dan santri
Awal berdirinya pesantren adalah dari seorang kyai yang bermukim di suatu tempat, dan santri datang sedikit demi sedikit untuk belajar padanya, sementara biaya hidup disediakan bersama-sama oleh santri dengan dukungan masyarakat.
Hal ini menunjukkan kedekatan antara kyai, santri dan masyarakat yang sangat baik. Keberadaan kyai yang menjadi tempat bertanya, dan dihormati masyarakat ini pun menjadikan ia memiliki peran cukup besar di wilayahnya, di mana masyarakat menanyakan solusi urusan mereka, fatwa dan referensi  kepadanya.
Sementara corak atau jenis pesantren dilihat dari segi proses transformasi, dibedakan menjadi;
1)      Pesantren tradisional, pesantren yang masih tetap mempertahankan nila-nilai tradisonalnya. Tidak mengalami transformasi yang signifikan dalam sistem pendidikannya.
2)      Pesantren moderat, yakni pesantern yang menggunakan atau mengadopsi sistem pendidikan modern, akan tetapi tidak sepenuhnya demi mempertahankan nilai tadisionalnya.
3)      Pesantren modern, transformasi yang cukup signifikan terjadi pada pesantren ini. Di mana  sistem pendidikan dan kelembagaannya sudah sepenuhnya menganut sistem modern. Mata pelajaran sudah sama antara umum dan agama.
Indonesia merupakan negara dengan banyak kebudayaan, dan pesantren termasuk salah satu budaya Indonesia, atau subkultur Indonesia yang turut memberikan warna unik.

D.  Konsep Sistem Pendidikan Islam
            Pendidikan merupakan salah satu pilar kehidupan umat. Masa depan suatu umat bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen umat ataupun negara dalam menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan upaya sadar, terstruktur serta sistematis untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai khalifatullah fil ardl - wakil Allah di muka bumi, di mana pendidikan  merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan Islam.
            “Sebagai bagian integral dari sistem Kehidupan Islam, sistem pendidikan memperoleh masukan dari supra sistem, yakni keluarga dan masyarakat atau lingkungan, serta negara. Dan memberikan hasil/keluaran bagi suprasistem tersebut. Sementara sub-sub sistem yang membentuk sistem pendidikan antara lain adalah tujuan pendidikan itu sendiri, anak didik (pelajar/mahasiswa), manajemen, struktur dan jadwal waktu,  materi, tenaga pendidik/pengajar dan pelaksana, alat bantu belajar, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian dan biaya pendidikan,” kata Bayan.
            Secara garis besar, problematika pendidikan tidak bisa terlepas dari sub-sistem yang membentuk sistem pendidikan serta ketiga suprasistem yang memberi masukan kepada sistem pendidikan, ujar Bayan. Semua unsur ini ibarat setali tiga mata uang, artinya tidak bisa dilepaskan satu persatu untuk mewujudkan sistem pendidikan yang ideal sebagai salah satu pilar kehidupan umat. Orang tua yang saleh dengan pola pengasuhan yang baik, kemudian kondisi institusi negara yang mendukung serta penciptaan lingkungan yang positif akan membentuk generasi insani yang bermutu sebagaimana yang pernah tercatat dalam sejarah peradaban Islam.
            “Di mana ketika Islam berjaya, diterapkannya Islam dalam sistem kehidupan termasuk pendidikan, umat Islam mengalami masa kejayaan pendidikannya. Pendidikan dalam Islam diselenggarakan dengan asas akidah Islam dalam penentuan kurikulum, pengelola dan pengajar serta kultur pendidikan. Tujuannya adalah untuk membentuk kepribadian Islam yang menguasai tsaqafah Islam serta sains dan teknologi. Sarana dan Biaya menjadi tanggung jawab negara,” ujar Bayan selanjutnya.

E.  Proses Pesantren Menjadi Sistem Pendidikan Islam
            Umat beragama dan lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar dan modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa serta merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia. Pendidikan agama tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
            Keberhasilan pembangunan nasional harus ditunjang dengan pendidikan dan pengajaran agama. Dengan pendidikan dan pengajaran agama, warga negara akan memperoleh pendidikan moral dan budi pekerti yang akan membentuk bangsa Indonesia menjadi warga negara yang bermoral, bertanggung jawab, dan tahu nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.
            Dengan modal jiwa yang bersih, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, pembangunan nasional Indonesia dapat berjalan sukses dan lancar. Akan tetapi, pendidikan agama tidak boleh bertentangan dengan pembangunan nasional. Semua bentuk pendidikan di Indonesia harus berdasarkan pada filsafat bangsa, Pancasila. Sistem ini dikenal dengan sistem pendidikan nasional Indonesia. Semua tujuan pendidikan di Indonesia tidak boleh menyimpang dari ketentuan dan tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam ketentuan umum dijelaskan sebagai berikut:
”Sistem Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaruan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.”
            Sedangkan untuk kemudahan layanan pendidikan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga merincikannya yang termaktub dalam Pasal 11 Ayat (1):
“Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi”
            Atas dasar inilah, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin berlangsungnya pelaksanaan pendidikan, dengan tidak membedakan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Hal ini diperjelas lagi dalam Ayat (2) pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana  guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun”
            Pesantren telah memberikan tanggapan positif terhadap pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Dengan didirikannya sekolah-sekolah umum maupun madrasah-madrasah di lingkungan pesantren membuat pesantren kaya diverifikasi lembaga pendidikan dan peningkatan institusional pondok pesantren dalam kerangka pendidikan nasional.
            Pemerintah memberikan wewenang penuh kepada Departemen Agama (Kementerian Agama) Republik Indonesia untuk mengatur penyelenggaraan pendidikan di Madrasah dan Pondok Pesantren, baik dalam hal pembiayaan, pengadaan dan pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan kelembagaan dan sarana, serta peningkatan mutu lembaga pendidikan agama tersebut.
            Pemerintah memiliki perhatian melalui Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan eksistensi pesantren dalam pasal 26, sebagai berikut:
“(1) Pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan/atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan/keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di masyarakat.
(2) Pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan/atau pendidikan tinggi.
(3) Peserta didik dan/atau pendidik di pesantren yang diakui keahliannya di bidang ilmuagama tetapi tidak memiliki ijazah pendidikan formal dapat menjadi pendidik matapelajaran/kuliah pendidikan agama di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yangmemerlukan, setelah menempuh uji kompetensi sesuai ketentuan Peraturan Perundangundangan.
Dalam ayat (3) ini memberikan pengakuan terhadap alumni pesantren untuk menjadi pendidik dalam mengajarkan ilmu agama pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikansetelah mendapat pengakuan melalui uji kompetensi yang sesuai dengan ketentuan yangberlaku. Pengakuan terhadap ini tentu melalui pengakuan surat bukti menamatkan pendidikandi pesantren atau ijazah/syahadah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Kelembagaan Islammengeluarkan surat edaran tentang legalisasi ijazah pesantren. Salah satu butir isi surat edaranini adalah tentang mata pelajaran yang harus dipenuhi pesantren agar ijazah lembagapendidikan ini diakui keabsahannya. Surat edaran ini menjadi petunjuk teknis (juknis) bagipesantren tentang tatacara pemberian sertifikat/ijazah bagi para santri yang menamatkanpendidikannya di pesantren. Mata Pelajaran yang harus dipenuhi pesantren untuk legalisasiijazah, yaitu tingkat Ibtidaiyah meliputi: Al-Qur’an, Tauhid, Fiqih, Akhlak, Nahwu, Sharaf, serta Pelajaran pendukung lain. Tingkat Tsanawiyah meliputi: Al-Qur’an, Tauhid, Fiqih,Akhlak, Nahwu, Sharaf, Tarikh, Tajwid, serta Pelajaran pendukung lain. Tingkat Aliyahmeliputi Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadis, Ilmu Hadis, Fiqih, Ushul Fiqih, Tauhid, Nahwu, Sharaf,Tarikh, Balaghah, serta Pelajaran pendukung lain.

F.   Peran Pesantren dalam Era Globalisasi
a)      Pengenalan Gontor
            Gontor adalah sebuah lembaga pendidikan yang berbasis pada sistem pesantren. Berada di daerah Mlarak, Ponorogo, Jawa Timur. Gontor berasal dari kata “Nggon” yang artinya tempat dan kata “Tor” yang artinya kotor, jadi gontor adalah tempat yang kotor. Dinamakan demikian karena pada zaman dahulu sebelum didirikannya Pondok Pesantren Darussalam Gontor, tempat tersebut digunakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang melakaukan kejahatan dan maksiat, dari penjahat, perampok, dan pencuri, namun setelah kedatangan “Tri Murti” 3 orang laki-laki yang telah lulus menempuh pendidikan di beberapa daerah, tempat itu kemudian berubah menjadi tempat mengaji, dengan di bangun surau kecil. Tri Murti itulah yang kemudian menjadi cikal bakal dari pimpinan pesantren. Semakin lama semakin dikenal masyarakat dan banyak yang sudah tak asing lagi.
b)      Gontor dan Globalisasi
            Dengan adanya hubungan kerjasama dan konsolidasi serta pemberdayaan Sumber Daya yang ada di Gontor yang menyangkut penguatan sikap inklusif rekonsolatif dalam menghadapi globalisasi yang muncul.  Gontor mencoba menguatkan jaringan yang baik dalam tataran nasional maupun internasional. Penguatan jaringan tersebut berarti memfasilitasi proses yang memungkinkan pesantren ini dapat memiliki jaringan yang terpadu secara internal dan pada saat yang sama mempunyai hubungan dengan organisasi, kelompok-kelompok civil society, dan lembaga swadaya masyarakat dunia maupun lingkungan yang lebih luas.
c)      Dampak / Pengaruh Globalisasi Terhadap Pesantren
NO
Dampak/respon terhadap Globalisasi
Program
1
Dalam penggunaan bahasa
Pengunaan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan bahasa sehari-hari.
2
Ekstrakurikuler
Pengiriman kontingen pada event-event tertentu, misal : jambore atau program studi banding, pertukaran pelajar.
3
Event
Pengadaan konferensi internasional dan kerjasama dengan berbagai negara untuk memudahkan akses ke luar negeri, baik itu yang bersifat pemerintahan, NGO, ataupun LSM.
4
Pengajaran
Menggunakan 3 bahasa, Arab, Inggris dan Indonesia serta ketentuan skripsi dengan 2 bahasa asing.
5
Budaya
Pagelaran, seni yang menunjukan adanya perpaduan/hibridasi budaya dari negara lain. 
6
Kerjasama
Kerjasama dengan beberapa negara, MOU, seperti India, Mesir, Pakistan, dan Australia dalam memajukan eksistensi Pesantren dan lembaga pendidikan di dalamnya.

d)     Peran Pondok Modern Darussalam Gontor dalam Menghadapi Globalisasi
Dalam konteks mempersipakan anak didik menghadapi perubahan zaman akibat globalisasi ini pun lembaga pendidikan islam memiliki peran yang amat penting. Keberhasilan madrasah dalam menyiapkan anak didik menghadapi tantangan masa depan yang lebih kompleks akan menghasilkan lulusan yang akan menjadi pemimpin ummat, pemimpin masyarakat, danpemimpin bangsa yang ikut menentukan arah perkembangan bangsa ini. Sebaliknya kegagalan madrasah dalam menyiapkan anak didik menghadapi tantangan masa depan akan menghasilkan lulusan-lulusan yang frustasi, dan menjadi beban masyarakat.
Madrasah/pesantren yang hanya menekankan pendidikan agama dan mengabaikan pendidikan umum mungkin hanya akan mampu memberikan potensi untuk bahagia akhirat saja. Dalam kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang penuh dengan persaingan ini, pesantren harus juga menyiapkan anak didiknya untuk siap bersaing di bidang apa saja yang mereka masuki. Ini di maksudkan agar lulusan pesantren tidak akan terpinggirkan oleh lulusan sekolah umun dalam memperebutkan tempat dan peran dalam gerakan pembangunan  bangsa.
Dalam kasus ini Pondok Modern Darussalam Gontor harus menyiapkan anak didiknya agar dapat melanjutkan studi atau bekerja di luar negeri. Untuk ini  maka penguasaan ketrampilan berbahasa asing (terutama Arab dan Inggris) menjadi amat penting. Demikian pula pengenalan budaya dan bangsa asing.


KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kita tarik kesimpulan :
1.      Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara non-klasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santrinya berdasarkan kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut. Sedangkan sistem pendidikan islam, yakni satu kesatuan unsur yang terdapat dalam wadah yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dan pengajaran ajaran agama Islam yang bertujuan untuk mewujudkan pribadi-pribadi insan kamil.
2.      Lembaga pesantren melaksanakan pendidikan bagi umat Islam diperkirakan mulai dari abad ke-13 dan mencapai perkembangannya yang signifikan pada abad ke-18
3.      Karakteristik ilihat dari segi materi pelajaran dan metode pengajaran yaitu wetonan,sorogan dan hafalan. Dari segi  jenjang pendidikan yaitu jika pesantren yang benar-benar tradisional, jenjang pendidikan ditentukan dengan tamat atau mumtaznya santri merampungkan satu kitab dan meningkat pada kitab berikutnya.Sementara pesantren dengan kebijakan yang mengikuti perkembangan sistem pendidikan yang ada, ia menyesuaikan jenjang pendidikan dengan menggunakan klasikal, sebagaimana madrasah atau sekolah umum lainnya. Dari segi Fungsi, yaitu sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial dan penyiaran keagamaan.
4.      Konsep sistem pendidikan Islam yaitu Pendidikan dalam Islam diselenggarakan dengan asas akidah Islam dalam penentuan kurikulum, pengelola dan pengajar serta kultur pendidikan. Tujuannya adalah untuk membentuk kepribadian Islam yang menguasai tsaqafah Islam serta sains dan teknologi. Sarana dan Biaya menjadi tanggung jawab negara.
5.      Pesantren sebagai sistim pendidikan islam yaitu Pemerintah telah memberikan porsi yang sama antara lembaga pendidikan umum dengan lembaga pendidikan agama Islam dalam Undang-Undang Republik IndonesiaTahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan diperkuat dengan PeraturanPemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan PendidikanKeagamaan. Pesantren pada masa sekarang diharapkan menjadi agen perubahan (agent of change) sebagai lembaga perantara yang diharapkan dapat berperan sebagaidinamisator dan katalisator pemberdayaan sumber daya manusia, penggerakpembangunan di segala bidang, serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologidalam menyongsong era global.
6.      Peran pesantren dalam arus globalisasi hendaknya dapat mengembangkan proses pendidikanya yang tak hanya urusan akhirat  atau ilmu agama tetapi dengan juga ilmu umum seperti ketrampilan bahasa asing dan lain-lain agar tidak kalah bersaing dengan yang lainnya.
  



DAFTAR PUSTAKA

Nizar, Samsul. 2011. Sejarah Pendidikan Islam; Menyusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasul Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Yunus, Mahmud. 1972. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Penerbit Mahmud Yunus Wadzuryah.
Mujib, Abd., dan Mudzakir, Jusuf. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:  Kencana Prenada Media Group.
Nata, Abudin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Penerbit Angkasa.
Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Cet.III. Bandung: Pustaka Setia.